oleh

Aroma Radikalisme Kian Menyengat, Azis Syamsuddin: Ponpes Jantung 4 Pilar

-Nasional-2.868 views

LAPISNEWS.COM, JAKARTA – Ancaman radikalisme yang mendorong Indonesia sebagai negara Islam dengan sistem khilafah, bukan tema baru untuk dibahas. Bahkan, beberapa catatan mendasar yang mencoba menggerus kekuatan Pancasila sudah terendus lewat sejumlah peristiwa yang begitu terang-benderang.
Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin memberikan ilustrasi, bahwa paham radikalisme seperti aroma busuk yang menyengat dan wujudnya begitu kentara. Tanpa sungkan memperlihatkan jati diri pada ruang-ruang terbuka.

Ilustrasi yang disampaikan Azis Syamsuddin itu sejalan rentetan peristiwa besar yang mengganggu kekuatan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945 yang menjadi konsensus bingkai NKRI.

”Konsensus ini sudah final. Tak perlu lagi diperdebatkan,” ucap Azis Syamsuddin dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (19/11/2020).

Bagi politisi Partai Golkar itu, pekerjaan besar saat ini adalah menangkal radikalisme dengan beragam metode.

”Dan pekerjaan rumah ini tak akan pernah tuntas sepanjang republik ini berdiri. Karena ancaman akan silih berganti datang, dengan metode yang beragam” ungkap Azis Syamsuddin dalam keterangan resminya.

Lagi-lagi Azis Syamsuddin menegaskan, fokus membumikan empat pilar atau empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara tidak akan pernah selesai dan harus terus berjalan.

”Pekerjaan ini tak akan pernah berhenti pada satu titik. Republik ini milik kita, milik anak bangsa. Ideologi yang sudah terbangun jangan sampai retak, lantaran hasrat sekelompok orang yang hanya mengedepankan ambisi,” terang Azis Syamsuddin.

Sendi-sendi membumikan empat pilar, lanjut Azis Syamsuddin merupakan penetrasi agar kelompok radikal menjauh dari urat nadi perpecahan. Dan empat pilar tidak hanya dilakukan di bangku sekolah, ruang-ruang kegiatan, atau diskusi ringan.

”Langkah lain bisa melibatkan santri di Pondok Pesantren dengan berbagai kegiatan. Termasuk melibatkan alim ulama,” imbuh pria kelahiran Jakarta, 31 Juli 1970 itu.

Pesantren, sambung Azis Syamsuddin merupakan tempat yang tepat dalam menangkal paham radikalisme dan terorisme dengan cara mengimplementasi 4 konsensus tadi.

Pesantren adalah mitra strategis pemerintah, dalam mensosialisasikan 4 konsensus berbangsa dan bernegara. Pesantren tidak identik dengan tempat pengajaran agama semata.

”Pesantren tempat merawat kebhinekaan. Sendi penting yang tidak bisa dipisahkan dari republik ini. Pesantren memiliki historis panjang membangun republik ini,” pungkas Azis Syamsuddin. (ful)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed