oleh

44 Tahun Kilang FOC I Pertamina Cilacap, Setia Menjaga Energi Negeri

-Ekonomi-5.904 views

Lapisnews.com, Cilacap – Keberadaan Pertamina _Refinery Unit_ (RU) IV Cilacap sebagai kilang terbesar dan paling strategis di Indonesia tak terbantahkan. Di sinilah 1/3 _Crude_ (minyak mentah) Pertamina diolah. Selain itu sekitar 1/3 kebutuhan nasional dan 60% kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di pulau Jawa disuplai dari RU IV. Oleh karenanya sangat penting menjaga keberlangsung operasional kilang di dalamnya.

Fuel Oil Complex_ (FOC) I merupakan kilang pertama yang dibangun pada 24 Agustus 1976 silam. “Itu berarti tepat pada 24 Agustus ini sudah berusia 44 tahun,” jelas Hatim Ilwan, Unit Manager Communication, Relation, & CSR Pertamina RU IV Cilacap. Menjaga kehandalan kilang raksasa, tambah Hatim, menjadi komitmen besar Pertamina Kilang Cilacap demi menjaga suplai energi nasional. (26/8/2020).

Lanjut Hatim, kilang FOC I merupakan bagian dari pembangunan tahap pertama atau disebut kilang 1 meliputi FOC I, _Lube Oil Complex_ (LOC) I dan _Utilities_. Awal dibangun, kapasitas kilang ini adalah 100.000 barrel/hari dan beroperasi perdana sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. “Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui _Debottlenecking Project_ sehingga menjadi 118.000 barrel/hari,” terangnya. 

Hatim merinci _Debottlenecking Project_ Cilacap (DPC) dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas operasional RU IV. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana _Engineering, Procurement, and Construction (EPC) Contract_ adalah _Fluor Daniel_. Sedangkan perancang dan pemilik lisensi untuk LOC adalah _Shell International Petroleum Maatschppij_ (SIPM). “Pertamina merealisasikan proyek _Debottlenecking_ RU IV Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996 dan mulai beroperasi pada awal Oktober 1998,” tuturnya.

Diungkapkan Hatim, kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah untuk mendapatkan BBM sekaligus produk Non-BBM yaitu bahan dasar minyak pelumas _(lube oil base)_ dan aspal. “Mengolah minyak dari Timur Tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi tersebut,” tegasnya.

Dengan kapasitas _intake_ 118 _million barel steam per day_ (mbsd) / 16.200 td, produk yang dihasilkan dari FOC I antara lain _Gasoline_ dengan RON 100, _Kerosene_ (Avtur), _Light Gas Oil_ dan Heavy gas Oil sebagai komponen produk Pertadex, dan _Long Residu_ sebagai feed kilang LOC I untuk menghasilkan _Lube Base Oil_.

Yang terbaru, masih menurut Hatim, pasca Proyek Langit Biru Cilacap atau PLBC di unit FOC I ditambahkan _Continuous Catalyst Regeneration_ (CCR) terjadi peningkatan kwalitas produk. “Sehingga Pertamina RU IV menghasilkan produk Pertamax Turbo sesuai dengan standart EURO 4,” pungkas Hatim.

Meski usianya sudah menginjak 44 tahun, menurut Hatim, pihaknya selalu memelihara kilang _Fuel Oil Complex_ (FOC) I ini dengan standar tinggi. “Harapannya agar tetap aman, bisa terjaga kehandalannya, efisien, ramah lingkungan dan tetap berkeuntungan,” tutupnya.(h/*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed